Kata Usada berasal dari kata ausadhi (Sansekerta) yang berarti tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat obat-obatan. Pengetahuan pengobatan secara usada yang datang dari India dibawa oleh para pedagang dan rohaniawan Hindu, setelah sampai di Bali bercampur dengan sistem pengobatan Bali asli dan ditulis di atas daun lontar. Lontar (dari bahasa Jawa: ron tal, “daun tal”) adalah daun siwalan atau tal (Borassus flabellifer atau palmyra) yang dikeringkan dan dipakai sebagai bahan naskah dan kerajinan. Saat itu daun lontar digunakan sebagai bahan naskah manuskrip, setelah dikenal huruf Bali. Huruf Bali ini diajarkan oleh para empu yang datang dari Jawa, karena huruf Bali ini amat mirip dengan huruf Jawa. Berdasarkan hal ini diduga bahwa penulisan usada di atas lontar baru dilakukan setelah mengenal huruf Bali, paling cepat setelah dikenal tahun Caka. Sebab pada setiap akhir penulisan di lontar selalu dibubuhi tahun Caka. Jadi setelah tahun 78 Masehi barulah usada yang mungkin telah dikenal sebelumnya, ditulis di atas daun lontar dengan mempergunakan huruf Bali yang merupakan modifikasi dari huruf Jawa (Nala, 1992).

Pada abad X pada zaman Pemerintahan Raja Udayana (tahun 929-943), dimana Raja Dharma Udayana menikah dengan Putri Mahendradatta dari Jawa Timur, maka hubungan erat antara Bali dan Jawa dimulai dari sejarah ini. Sejak adanya perkawinan ini bahasa Jawa Kuno mulai diperkenalkan di masyarakat Bali sebagai bahasa yang dipergunakan di dalam penulisan kekawin dan bentuk kesusasteraan lainnya. Sedangkan bahasa Bali Kuno tetap digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Sejak itu berbagai ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengobatan mulai ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan beberapa diterjemahkan ke dalam bahasa Bali Kuno dan ditulis di atas daun lontar (Nala, 1997). Kemudian pada abad XI, seorang empu dari Jawa Timur datang ke Bali, bernama Mpu Kuturan yang menyebarkan pengertian agama Hindu, menelorkan konsep-konsep baru dan menerapkan pendirian sanggah (merajan) serta pura kawitan dan pura kahyangan tiga, dan juga Mpu Kuturan menuliskan pengobatan yang paling terkenal adalah lontar Usada Taru Pramana, pengobatan dengan tumbuhan. Masalah penyakit dan pengobatannya berkembang di Bali melalui lontar diperkirakan terjadi pada abad ke XI (Nala, 1997). Walaupun begitu masyarakat Bali telah mengenal ilmu pengobatan jauh sebelum lontar ada.

Kala itu mulai bermunculanlah berbagai macam lontar usada seperti Usada Sari, Budha Kecapi, Kalima Usada, Taru Pramana, Dharma Usada yang bersifat umum dan beberapa usada yang menjurus pada penyakit khusus, seperti Usada Dalem (penyakit dalam), Netra (mata), Sasah Bebai (penyakit bebainan), Buduh (gila), Tatenger Beling (mendiagnosa kehamilan), Upas (racun, bisa) dan masih banyak lainnya lagi (Nala, 1997). Di samping itu terdapat ada pula yang berbentuk tutur yang ditulis di atas daun lontar yang berisi tentang filsafat sehat-sakit, aksara sakti, gambar lambang yang sulit dicerna oleh orang awam. Tutur tersebut antara lain Tutur Siwa-Budha, Bhagawan Siwa Sampurna, Aji Sundari Gading, Sang Hyang Niskala Tyanta, Kanda Pat dan banyak lainnya lagi (Nala, 1997).

Usada Bali sendiri merupakan turunan dari Ayurweda melalui kitab Charaka Samhita dan Susruta Samhita. Ayurweda merupakan bagian dari Upaweda, sedangkan Upaweda merupakan bagian dari Weda Smerti. Masuk ke Bali pada masa kerajaan Raja Udayana. Jika dilihat dari lontar usada, baik pengobatan secara umum dan khusus serta tutur, sistem Usada Bali dasarnya adalah Empiriko Logis Magis Religius (pengalaman yang masuk akal dan ada unsur magis dan religius) (Sridana, 2022).

Saat ini pandangan umum tentang Usada yaitu pengetahuan akan penyembuhan terdapat di berbagai lontar Bali dengan literatur yang bersifat Kedokteran. Walaupun ilmu pengetahuan sudah sangat maju namun nyatanya sampai kini unsur pengobatan gaib tetap bertahan, karena dalam sistem Usada Bali memiliki dasar Empiriko Logis Magis Religius tersebut.  Pengaruh ilmu kedokteran modern memberikan gambaran hasil pengaruh timbal-balik antara pengetahuan modern, penyembuhan cara tradisional dan kepercayaan, yang sudah berlangsung ribuan tahun, hasil percampuran pengetahuan akan pengobatan yang ada di Bali dengan pengaruh Hindu digunakan oleh kalangan praktisi Balian usada Bali dan itu dapat dibaca dalam berbagai literatur lontar Usada Bali tersebut. 

Ditulis oleh : 

Made Ayu Aryani 

(Jamu Queen, Holistic Healing Coach, Karma Reader)

Referensi : 

Nala, N. 1997. Usada Bali. Denpasar: Upada Sastra.

Sridana, N. 2022. Buku Panduan Meracik Loloh dan Resep Usada: Tanaman yang Tumbuh di Seputar Desaku di Kabupaten Bangli-Bali. Denpasar: Herbal Usada Taru Pramana. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *